Senin, 18 Januari 2010

Pengembangan Ladang Minyak West Seno (1)


Berbicara tentang minyak dan gas bumi tentu tidaklah asing bagi kita orang Indonesia. Selain Indonesia termasuk salah satu gudang sumber daya alam ini, baik di darat maupun di lautan, setidaknya akhir-akhir ini telah akrab bagi kita bagaimana kita dibuat pontang-panting dengan makin melambungnya harga komoditas ini yang terjadi hampir tiap tahun. Tentu saja hal ini disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari masalah teknis sampai akibat faktor politis.
Salah satu sebab yang jelas adalah karena makin sulit dan dibutuhkannya investasi yang sangat besar untuk mendapatkan sumber energi ini. Sebagai salah satu sumber energi yang tidak dapat diperbaharukan (non-renewable), tentu saja dari waktu ke waktu cadangannya akan semakin berkurang sehingga upaya untuk mendapatkannya menjadi semakin berkonsekuensi tinggi. Tahukah Anda bahwa untuk memenuhi kebutuhan ini manusia rela menuju ke lautan lepas, bahkan hingga ke kedalaman lautan lebih dari 1.000 meter? Yah, selama belum ada sumber energi alternatif yang lebih mudah didapatkan oleh khalayak umum, maka rasanya dimana pun adanya sumber hidrokarbon ini, ke situ pula manusia akan datang, tak terkecuali di lautan yang sangat dalam sekalipun.
Bagaimana halnya di Indonesia, apakah juga sudah sejauh itu keadaannya? Tulisan ini akan mengupas sedikit lebih dalam tentang ladang minyak dan gas bumi pertama di Indonesia yang dikembangkan di perairan-dalam, bahkan sangat-dalam (ultra deepwater). Apa dan bagaimana teknologi yang terkait dengan pengembangan ladang ini.
Ladang West Seno
Terletak di area berkedalaman 2.400 ft hingga hingga 3.400 ft, West Seno Field menjadi ladang minyak dan gas pertama di Indonesia yang dikembangkan di perairan-dalam. Ladang West Seno, yang terletak di areal PSC (Production Sharing Contract) selat Makasar (Gambar 1), telah ditemukan oleh Unocal pada tahun 1998. Terletak sekitar 118 mil (190 km) sebelah timur laut Balikpapan provinsi Kalimantan Timur di lereng kontinental delta Mahakam Utara, sekitar 50 km dari ladang Attaka. Produksi perdana dari lapangan West Seno ini dimulai pada tanggal 5 Agustus 2003 dan diharapkan dari fase yang pertama ini produksinya akan mencapai tingkat rata-rata berkisar antara 30.000 sampai dengan 40.000 barrel minyak perhari (barrels of oil per day, BOPD). Sementara itu dengan rampungnya Fase 1 pada akhir 2003 diharapkan mampu menghasilkangross production mencapai 35.000 hingga 40.000 BOPD dan meningkat lagi pada tahun 2004 sejalan dengan berlanjutnya program pengembangannya.
Produksi hariannya diharapkan mencapai puncaknya sebesar 60.000 BOPD (8,220 metrik ton) dan gas sebesar 150 juta kubik feet perhari (4,2 juta meter kubik) pada akhir 2005 dengan selesainya Fase 2 dari pengembangan ladang West Seno tersebut. Sebagai pengelola, Unocal

Makassar berharap bisa mendapatkan 210 hingga 320 juta barrel (29 sampai 44 juta metrikton) ekivalen-minyak dari ladang West Seno ini.

0 komentar:


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Lincah.Com - Mitsubishi Cars