Senin, 18 Januari 2010

Kontrak Minyak dan Gas Irak Dilelang



Dalam lelang ditayangkan langsung lewat televisi, 30 perusahaan dari sektor energi internasional bisa menawar hak-hak atas penambangan gas dan minyak Irak. Seolah-olah permainan dengan hadiah luar biasa besar.
Bagi Bagdad ini salah satu cara memperoleh keuntungan sebesar milyaran dolar dan memulihkan citra buruk Irak sebagai birokrasi yang korup sehingga menjadi lebih transparan. Tapi pelelangan tender minyak berjalan sangat alot akibat kritik dalam negeri dan sikap berhati-hati masyarakat luar negeri.
British Petroleum dan perusahaan Cina CNPC memperoleh dua kontrak pertama. Mereka mengajukan tawaran bersama untuk, dalam 20 tahun mendatang, mengambil alih produksi ladang minyak sangat luas Rumaila, Irak Selatan, salah satu ladang minyak terbesar di dunia.
Dua perusahaan mendapatkan dua dolar per barrel minyak. Itu lebih sedikit daripada yang diminta. Perusahaan-perusahaan besar lain bahkan menarik kembali tawaran karena hanya memperoleh sebagian kecil penghasilan dari yang diminta sebelumnya.
Resiko finansialIni tampak peluang emas bagi maskapai minyak seperti Shell dan BP untuk kembali masuk Irak, 40 tahun setelah partai Baath pimpinan Saddam Hussein memutuskan menasionalisasi sebagian besar produksi minyak Irak. Tapi peluang itu juga diiringi resiko besar.
Pemenang lelang harus membayar bonus pendaftaran kepada Bagdad. Bonus itu bisa mencapai 500 juta dolar per ladang minyak. Di samping itu, dalam 20 tahun mendatang, produksi mereka harus mencapai tingkat tertentu. Kalau tidak, maka mereka akan dikenai denda besar.
KeamananMenurut pakar minyak Lucia van Geuns dari Institut Clingendael di Den Haag, situasi keamanan pun tidak terjamin. "Di ladang-ladang luas di bagian Syiah, Irak selatan, situasi keamanannya sangat buruk." Di wilayah itu terdapat perlawanan kuat terhadap lelang hak-hak minyak.
"Masyarakat setempat, tapi juga perusahaan lokal Southern Oil Company, perusahaan minyak Irak di selatan, sama sekali tidak mau perusahaan asing beroperasi di ladang mereka. Mereka merasa bisa melakukannya sendiri.
"Ini semacam nasionalisme sumber daya alam," ujar Lucia van Geungs. Beberapa analis memperingatkan akan terbentuknya 'Nigeria kedua' di Irak Selatan, termasuk sabotase pipa minyak dan penculikan karyawan asing.
Tidak ada kerangka yuridis bagi kontrak minyak. Parlemen masih harus membahas undang undang minyak dan gas. Awal tahun depan akan terbentuk pemerintah baru yang kemungkinan bisa menolak kontrak-kontrak yang dicapai sekarang.
Selain itu masih dipertanyakan apakah keuntungan kontrak bisa mengimbangi semua ongkos.
Dengan kontrak-kontrak yang ditawarkan, maskapai minyak dan gas hanya bisa mengambil keuntungan beberapa dolar tertentu per barrel, bukan persentase dari keuntungan. Jadi kalau harga minyak tinggi, Iraklah yang untung. Maskapai minyak yang ikut lelang hanya bisa berharap akan tender-tender lebih baik di masa mendatang.
ShellSelain kontrak yang telah disepakati, masih belum jelas maskapai apa mengincar ladang minyak dan gas mana. "Itu sama sekali tidak diketahui. Kami hanya tahu Royal Dutch Shell tertarik pada dua ladang besar di utara, terutama ladang Kirkuk," kata Van Geuns.
Masih dipertanyakan apakah Shell benar-benar percaya akan suksesnya tender yang sekarang. Sama seperti banyak pihak asing lainnya, perusahaan ini skeptis melihat banyaknya resiko. Kendati demikian semua pihak tetap ikut lelang. Dalam hal ini peluang untuk bisa masuk Irak tampaknya lebih penting.
Skenario keuntunganTender sukses bisa sangat menguntungkan Irak. Bonus pendaftaran akan bisa langsung mendorong perekonomian yang sangat buruk. Tahun-tahun belakangan Bagdad menginvestasi sebanyak delapan milyar dolar dalam industri minyak untuk meningkatkan produksi. Tapi upaya itu gagal.
Kalau tender ini berjalan sesuai diharapkan, maka produksi minyak diperkirakan akan meningkat tajam.Tidak lama sebelum lelang dimulai, menteri perminyakan Irak mengungkapkan harapannya atas 1,7 milyar dolar untuk kas negara. Sementara laba perusahaan minyak asing hanya 300 milyar dolar.
Pemerintah ingin memakai semua pemasukan ini untuk prasarana, pembangunan rumah, rumah sakit dan sekolah. Dengan alasan-alasan ini, pemerintah Bagdad berharap bisa meredakan kritik internasional. Untuk sementara, baik kaum Kurdi di utara maupun kaum Syiah di selatan tidak yakin.

0 komentar:


Blogger Templates by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Lincah.Com - Mitsubishi Cars